Kamis, 12 Oktober 2017

7 Dampak Negatif Resesi Mortgage terhadap Dunia Properti


foto hanya ilustrasi


 Krisis global selalu menyisakan duka bagi masyarakat yang mengalaminya. Salah satu negara yang pernah mengalami resesi subprime mortgage adalah Amerika Serikat (AS). Macetnya kredit dari para debitor dengan profil gagal bayar yang tinggi ini memicu krisis perumahan di AS. Jika Anda seorang developer, investor, atau pebisnis pemula yang merintis bisnis properti jual rumah murah di Medan, pastikan hal ini tidak menimpa perusahaan Anda.
Setelah Bear Sterns, Northern Rock, Fannie Mae, Citigroup dan Freddie Mac, kemudian disusul oleh Lehman Brother yang mengalami kebangkrutan. Keuangan peminjam yang tidk dianalisis dengan baik, serta macenya kredit membuat surat utama berbasis subprime mortgage ini jatuh drastis. Lantas, apa pengaruh atau dampak yang ditimbulkan dari krisis global ini terhadap bisnis properti? Berikut dampak-dampak yang ditimbulkannya.

1.                  Prospek di Bawah Bayang-Bayang Kehancuran Ekonomi Global   
Prospek pasar properti akan berjalan lambat dan hanya berada di level menengah ke atas, baik itu hunian yang berbentuk residensial, apartemen maupun commercial area. Konsumen pun jeli mengamati tingkat suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Aset (KPA) sebelum memutuskan untuk membeli properti.
Inflasi yang dialami membuat cadanagn devis negara semakin berkurang, yang sudah barang tentu berdampak negatif terhadap besaran subsidi rumah untuk masyarakat berpenghasilan minimum rendah (MBMR), masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), serta masyarakat kurang mampu, seperti Rumah Sederhana Sehat (RSHat) dan sejuta rumah yang pernah diprogramkan pemerintah.
Kondisi ini memerlukan sinergi dan peran aktif swasta seperti developer properti untuk turun tangan dan peduli kepada MBMR, MBR, dana masyarakat kurang mampu, dengan cara bekerja sama dengan pemerintah dan KPR atau bank untuk bersama-sama membangun rumah untuk masyarakat.

2.                  Naiknya Bahan Baku Properti  
Harga dari tiap bahan baku yang diproduksi di dalam negeri maupun di luar negeri berpotensi terpengaruh oleh krisis sehingga makin menyulitkan sektor properti. Apalagi jika diimbangi dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM), gas, lainnya yang turut menyokong mobilitas dan kehidupan bisnis properti.
Tipe rumah kelas menengah ke atas seperti perumahan mewah dan apartemen merupakan sektor properti yang paling besar terkena imbas dari krisis ini. Sedangkan untuk rumah kelas menengah ke bawah, sebagian besar masih disubsidi sehingga tidak merisaukan mereka karena tidak terlalu berpengaruh pada harga rumahnya.

3.                  Developer Optimistis Hadapi Krisis
Krisis global bukan hal yang harus diratapi kemudian didiamkan. Developer nasional kini bersikap lebih optimis, berhati-hati dan mulai menyiapkan berbagai strategi dalam menghadapi krisis yang mungkin lebih buruk dari sebelumnya. Oleh karena itu, sebuah keputusan yang bijak jika pihak developer menahan pembangunan proyek yang belum terjual sambil menunggu kondisi ekonomi menjadi lebih stabil.
Selain developer, pemangku kepentingan industri properti seperti investor dan lainnya pun tidak terlalu panik karena kondisi ini telah menjadi fenomena anomali pasar nasional akibat krisis global yang harus dihadapi. Selain itu, properti nasional memang tidak sepenuhnya terkena dampak negatif krisis karena pasarnya yang terisolasi dari industri global, sehingga hanya perlu bersikap slowdown untuk melewatinya.

4.                  Bank Menghindari Industri Pengolahan dan Properti
Krisis mengakibatkan pihak perbankan memilih untuk bersikap hati-hati denagn cara menghindari penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan dan properti, meskipun penyaluran kredit baru pada kuartal terakhir atau beberapa tahun berikutnya sudah diperkirakan akan meningkat.
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan data, yaitu secara sektoral, mayoritas permintaan kredit baru akan datang dari jasa dunia usaha, pertambangan dan penggalian, perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan masyarakat akan likuiditas di pasar, persaingan yang maskin kompetitif dalam setiap usaha, serta kebijakan suku bunga tinggi yang turut mempengaruhi pertumbuhan kredit.

5.                  Krisis Sudah Merembet ke Properti
Krisis ekonomi membuat beberapa proyek properti terpaksa harus dihentikan proses pembangunannya, seperti perumahan, hotel, apartemen dan pusat perbelanjaan. Anda yang jual rumah murah di Medan harus peka akan hal ini. Meski setiap proyek dapat dilakukan dengan cepat dan selesai dalam kurun waktu kurang dari setahun, banyak investor asing yang menunda kontrak kerja sama yang harusnya diteken pada akhir tahun ini.
Penundaan kontrak ini tidak ada bedanya dengan pembatalan proyek secara terselubung, sehingga mengakibatkan banyak proyek konstruksi skala kecil yang juga harus dihentikan, sementara itu kontraktor besar menderita karena pengurangan proyek. Jika kondisi sektor properti terus mengalami crash, kekhawatiran pasar properti mengalami kerugian besar bisa saja terjadi, disusul dengan perekonomian yang ikut kolaps.

6.                  Properti Mengalami Kekenduran  
Sebuah asosiasi properti menilai, permintaan terhadap properti banyak dipengaruhi oleh suku bunga dan pertumbuhan ekonomi, sehingga jika pertumbuhan ekonomi diperkirakan rendah, maka sektor properti pun akan tertekan. Sebesar apapun prediksi pemerintah tentang pertumbuhan ekonomi, missal 6-7%, menunjukkan masih ada peluang postif bagi sektor properti.
Namun sayangnya, pakar ekonomi memprediksikan pertumbuhan akan lebih rendah sehingga berdampak negatif pada bisnis properti. Jika tingkat okupansi menurun 4% dan rata-rata okupansi sebesar 86-87%, maka tahun depan hanya 82-83%.
Kondisi ini tidak menguntungkan bagi bisnis properti karena meski suplai properti baik perkantoran maupun ritel ke pasar masih cukup besar, jika suku bunga kredit pemilikan apartemen (KPA) ataupun kredit pemilikan rumah (KPR) sekarang sudah di level 14-17% dan suku bunga pinjaman seperti konstruksi sudah mencapai 19%, maka bisnis properti mengalami kelesuan.

7.                  Perlambatan Properti
Dampak dari krisis global di berbagai sector baru bisa dilihat setelah dua hingga tiga kuartal mendatang. Namun tidak menutup kemungkinan untuk melihat tanda-tanda pelambatannya di sektor properti, terutama pembangunan perkantoran dan kondominium. Kondisi ini dipicu oleh adanya pembatalan investasi, penurunan penjualan kondominimun, serta penundaan proyek (murni penundaan, bukan penghentian proyek).
Agar masyarakat dapat menyerap properti seperti rusunami, Bank Indonesia perlu menurunkan suku bunga acuan sehingga suku bunga KPR dapat turun.  Sedangkan di sektor perkantoran, perlambatan ini membuat banyak perusahaan menunda ekspansi kantor baru.
Sektor properti sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam rangka penyediaan perumahan yang terjangkau bagi masyarakat sekaligus penyerapan tenaga kerja. Karena sektor properti disebut-sebut sebagai salah satu penyebab krisis moneter yang kemudian berubah menjadi krisis ekonomi yang terjadi selama ini, pemerintah perlu waspada agar krisis keuangan (resesi mortgage) di AS tidak menggocang properti Indonesia.

Tujuh dampak yang cukup signifikan untuk perkembangan bisnis properti tersebut dapat diatasi jika setiap nasabah atau masyarakat memiliki kesadaran untuk membayar kredit perumahan yang diambilnya. Anda perlu mempromosikan bisnis jual rumah murah di Medan yang Anda kembangkan sehingga masyarakat Medan yang membutuhkan rumah, tidak perlu lagi mengajukan kredit karena harga properti yang Anda tawarkan terjangkau oleh mereka.

Tidak ada komentar:
Write komentar