foto hanya ilustrasi |
Krisis global selalu menyisakan duka bagi masyarakat yang
mengalaminya. Salah satu negara yang pernah mengalami resesi subprime mortgage adalah Amerika Serikat
(AS). Macetnya kredit dari para debitor dengan profil gagal bayar yang tinggi
ini memicu krisis perumahan di AS. Jika Anda seorang developer, investor, atau pebisnis pemula yang merintis bisnis
properti jual rumah murah di Medan, pastikan hal ini tidak menimpa perusahaan
Anda.
Setelah Bear Sterns,
Northern Rock, Fannie Mae, Citigroup dan
Freddie Mac, kemudian disusul oleh Lehman
Brother yang mengalami kebangkrutan. Keuangan peminjam yang tidk dianalisis
dengan baik, serta macenya kredit membuat surat utama berbasis subprime mortgage ini jatuh drastis.
Lantas, apa pengaruh atau dampak yang ditimbulkan dari krisis global ini
terhadap bisnis properti? Berikut dampak-dampak yang ditimbulkannya.
1.
Prospek di Bawah Bayang-Bayang
Kehancuran Ekonomi Global
Prospek pasar properti akan berjalan lambat dan hanya berada
di level menengah ke atas, baik itu hunian yang berbentuk residensial,
apartemen maupun commercial area.
Konsumen pun jeli mengamati tingkat suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)
dan Kredit Kepemilikan Aset (KPA) sebelum memutuskan untuk membeli properti.
Inflasi yang dialami membuat cadanagn devis negara semakin
berkurang, yang sudah barang tentu berdampak negatif terhadap besaran subsidi
rumah untuk masyarakat berpenghasilan minimum rendah (MBMR), masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR), serta masyarakat kurang mampu, seperti Rumah
Sederhana Sehat (RSHat) dan sejuta rumah yang pernah diprogramkan pemerintah.
Kondisi ini memerlukan sinergi dan peran aktif swasta seperti
developer properti untuk turun tangan
dan peduli kepada MBMR, MBR, dana masyarakat kurang mampu, dengan cara bekerja
sama dengan pemerintah dan KPR atau bank untuk bersama-sama membangun rumah
untuk masyarakat.
2.
Naiknya Bahan Baku Properti
Harga dari tiap bahan baku yang diproduksi di dalam negeri
maupun di luar negeri berpotensi terpengaruh oleh krisis sehingga makin
menyulitkan sektor properti. Apalagi jika diimbangi dengan kenaikan bahan bakar
minyak (BBM), gas, lainnya yang turut menyokong mobilitas dan kehidupan bisnis
properti.
Tipe rumah kelas menengah ke atas seperti perumahan mewah
dan apartemen merupakan sektor properti yang paling besar terkena imbas dari
krisis ini. Sedangkan untuk rumah kelas menengah ke bawah, sebagian besar masih
disubsidi sehingga tidak merisaukan mereka karena tidak terlalu berpengaruh
pada harga rumahnya.
3.
Developer
Optimistis Hadapi Krisis
Krisis global bukan hal yang harus diratapi kemudian
didiamkan. Developer nasional kini
bersikap lebih optimis, berhati-hati dan mulai menyiapkan berbagai strategi
dalam menghadapi krisis yang mungkin lebih buruk dari sebelumnya. Oleh karena
itu, sebuah keputusan yang bijak jika pihak developer
menahan pembangunan proyek yang belum terjual sambil menunggu kondisi ekonomi
menjadi lebih stabil.
Selain developer,
pemangku kepentingan industri properti seperti investor dan lainnya pun tidak terlalu
panik karena kondisi ini telah menjadi fenomena anomali pasar nasional akibat
krisis global yang harus dihadapi. Selain itu, properti nasional memang tidak sepenuhnya
terkena dampak negatif krisis karena pasarnya yang terisolasi dari industri
global, sehingga hanya perlu bersikap slowdown
untuk melewatinya.
4.
Bank Menghindari Industri
Pengolahan dan Properti
Krisis mengakibatkan pihak perbankan memilih untuk bersikap
hati-hati denagn cara menghindari penyaluran kredit ke sektor industri
pengolahan dan properti, meskipun penyaluran kredit baru pada kuartal terakhir atau
beberapa tahun berikutnya sudah diperkirakan akan meningkat.
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan data, yaitu secara
sektoral, mayoritas permintaan kredit baru akan datang dari jasa dunia usaha,
pertambangan dan penggalian, perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini disebabkan
oleh pengetahuan masyarakat akan likuiditas di pasar, persaingan yang maskin
kompetitif dalam setiap usaha, serta kebijakan suku bunga tinggi yang turut mempengaruhi
pertumbuhan kredit.
5.
Krisis Sudah Merembet ke Properti
Krisis ekonomi membuat beberapa proyek properti terpaksa
harus dihentikan proses pembangunannya, seperti perumahan, hotel, apartemen dan
pusat perbelanjaan. Anda yang jual
rumah murah di Medan harus peka akan hal ini. Meski setiap proyek dapat
dilakukan dengan cepat dan selesai dalam kurun waktu kurang dari setahun,
banyak investor asing yang menunda kontrak kerja sama yang harusnya diteken
pada akhir tahun ini.
Penundaan kontrak ini tidak ada bedanya dengan pembatalan
proyek secara terselubung, sehingga mengakibatkan banyak proyek konstruksi
skala kecil yang juga harus dihentikan, sementara itu kontraktor besar
menderita karena pengurangan proyek. Jika kondisi sektor properti terus mengalami
crash, kekhawatiran pasar properti
mengalami kerugian besar bisa saja terjadi, disusul dengan perekonomian yang
ikut kolaps.
6.
Properti Mengalami Kekenduran
Sebuah asosiasi properti menilai, permintaan terhadap
properti banyak dipengaruhi oleh suku bunga dan pertumbuhan ekonomi, sehingga
jika pertumbuhan ekonomi diperkirakan rendah, maka sektor properti pun akan
tertekan. Sebesar apapun prediksi pemerintah tentang pertumbuhan ekonomi, missal
6-7%, menunjukkan masih ada peluang postif bagi sektor properti.
Namun sayangnya, pakar ekonomi memprediksikan pertumbuhan akan
lebih rendah sehingga berdampak negatif pada bisnis properti. Jika tingkat
okupansi menurun 4% dan rata-rata okupansi sebesar 86-87%, maka tahun depan
hanya 82-83%.
Kondisi ini tidak menguntungkan bagi bisnis properti karena meski
suplai properti baik perkantoran maupun ritel ke pasar masih cukup besar, jika
suku bunga kredit pemilikan apartemen (KPA) ataupun kredit pemilikan rumah
(KPR) sekarang sudah di level 14-17% dan suku bunga pinjaman seperti konstruksi
sudah mencapai 19%, maka bisnis properti mengalami kelesuan.
7.
Perlambatan Properti
Dampak dari krisis global di berbagai sector baru bisa dilihat
setelah dua hingga tiga kuartal mendatang. Namun tidak menutup kemungkinan
untuk melihat tanda-tanda pelambatannya di sektor properti, terutama
pembangunan perkantoran dan kondominium. Kondisi ini dipicu oleh adanya
pembatalan investasi, penurunan penjualan kondominimun, serta penundaan proyek
(murni penundaan, bukan penghentian proyek).
Agar masyarakat dapat menyerap properti seperti rusunami, Bank
Indonesia perlu menurunkan suku bunga acuan sehingga suku bunga KPR dapat
turun. Sedangkan di sektor perkantoran,
perlambatan ini membuat banyak perusahaan menunda ekspansi kantor baru.
Sektor properti sangat penting dalam pembangunan
perekonomian nasional, terutama dalam rangka penyediaan perumahan yang
terjangkau bagi masyarakat sekaligus penyerapan tenaga kerja. Karena sektor
properti disebut-sebut sebagai salah satu penyebab krisis moneter yang kemudian
berubah menjadi krisis ekonomi yang terjadi selama ini, pemerintah perlu
waspada agar krisis keuangan (resesi mortgage)
di AS tidak menggocang properti Indonesia.
Tujuh dampak yang cukup signifikan untuk perkembangan bisnis
properti tersebut dapat diatasi jika setiap nasabah atau masyarakat memiliki
kesadaran untuk membayar kredit perumahan yang diambilnya. Anda perlu
mempromosikan bisnis jual rumah murah di Medan yang Anda kembangkan sehingga masyarakat
Medan yang membutuhkan rumah, tidak perlu lagi mengajukan kredit karena harga
properti yang Anda tawarkan terjangkau oleh mereka.
Tidak ada komentar:
Write komentar